11 Mei 2011

Widyasatra, Knowledge Charity Seorang Ayah


Ini adalah episode kedua dari cerita tentang Ayahku. Buat yang belum membaca episode pertama, silakan masuk ke link berikut: Sidakarya, Kerja Telah Usai


Menjelang akhir hayatnya, Ayah, dengan komputer yang kami anaknya beli secara patungan, sibuk berjam-jam mengurusi sastra Bali. Kebetulan beliau adalah sahabat dari Bapak Ketut Suwacana, pencipta font Bali Simbar yang melegenda sampai sekarang. Font itu baru saja dibuat, dan Ayah adalah salah satu testernya, generasi pertama yang mencicipi huruf bertuliskan Bali itu. Dan hasil belajarnya sungguh luar biasa. Beliau bisa mengetik huruf Bali dan Kawi di komputer dengan sangat lancar.

Ide cemerlang pun menyelinap dalam benaknya. Sebuah ide yang masih tidak jauh-jauh dari soal charity, sumbangan ke banyak orang yang membutuhkan. Sesuatu yang sampai sekarang aku banggakan dari ayahku.

Ayah memang seorang sastrawan. Bertahun-tahun beliau menekuni sastra Bali, menterjemahkan berbagai dokumen Bali lama terutama yang ditulis di lontar. Beliau juga adalah praktisi sastra Bali dalam bentuk menyanyi, mageguritan, makekawin, dan sebagainya. Saat ada font Bali Simbar dengan kekuatan huruf Bali dan Kawi ini, beliau semakin bersemangat untuk mendokumentasikan semua karya Bali ke dalam bentuk digital. Semua diketiknya ke dalam komputer, dan akhirnya tersimpan sebagai hard copy.

Waktu terasa sangat singkat. Tidak banyak yang bisa diterjemahkan ke komputer, sampai akhirnya sang ajal pun menjemput.

Bertahun-tahun, karya itu terbengkalai di dalam harddisk. Sampai akhirnya saya memiliki kemauan yang kuat untuk melanjutkan charity beliau. Daripada sastra-satra tersebut tidak ada yang membaca dan menjadi pengetahuan yang terpendam (saya sendiri tidak tahu banyak mengenai sastra Bali), saya berinisiatif untuk memasukkan semuanya ke blog. Selain penyimpanannya lebih aman, siapa tahu ada yang membutuhkannya. Saya tahu, banyak diantara sastra-sastra tersebut yang mungkin dicari banyak orang, misalnya untuk dinyanyikan, namun mereka tidak tahu bisa didapatkan di mana.

Maka terciptalah blog ini: Widia Sastra: Pengetahuan Utama, Suluh Kehidupan

Sedikit saja dari sastra atau tembang-tembang yang dimuat disana adalah karya asli Ayah. Yang banyak adalah terjemahan dari lontar, alih aksara, atau tutur-tutur indah yang dikompilasi. Kebenaran isinya saya kurang tahu, tapi tidak ada salahnya saya tampilkan untuk sekedar referensi dan pengetahuan bagi semua.

Demi ilmu pengetahuan, saya pun mengajak semua orang untuk menginformasikan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Dan apabila memiliki naskah sejenis, saya menawarkan, jika berkenan bisa digabungkan ke dalamnya. Nama kontributor akan saya tampilkan.

Begitulah, meskipun terkesan membuang waktu dengan mengerjakan blog, bagi saya sendiri, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari sang Ayah, bahwa berbuat untuk orang lain, membuat kebahagiaan orang lain, adalah sesuatu yang tiada nilai harganya. Sekali lagi, sebuah charity yang kelihatan biasa saja dari Ayah, tapi menurut saya sangat luar biasa....

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda