02 April 2012

Melasti Asik Tengah Malam

Dalam rentang dua minggu ini saja, saya harus mengikuti tiga kali upacara melasti. Dua kali diantaranya adalah dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Saya adalah anggota dua desa adat: desa adat tempat saya tinggal saat ini dan desa adat kampung halaman. Jadi kalau menjelang Hari Raya Nyepi ikut dua upacara melasti.


Melasti ketiga adalah hari Minggu lalu, acara melasti yang diselenggarakan Desa Adat Kota Tabanan menjelang sebuah upacara besar. Seperti biasa melasti dilakukan dengan berjalan kaki dari Pura Puseh pusat kota Tabanan menuju pantai Yeh Gangga (kurang lebih dua belas kilometer). Waktunya bukan siang hari, namun malam hari melewati tengah malam dan berakhir pagi. Uniknya, yang bertugas mengarak semua sarana upacara dari start hingga finish dan balik ke titik awal lagi, berganti ganti secara estafet melibatkan 23 banjar adat yang ada.

Ada beberapa titik dimana sebuah banjar menunggu giliran estafet untuk mengambil alih tugas banjar sebelumnya, menyerahkannya ke banjar lain di titik berikutnya, dan menunggu lagi hingga semua prosesi di laut selesai dan balik lagi pulang.
Kali ini, banjar saya bertugas di "etape terakhir" mendekati pantai, sekalian melakukan prosesi upacara sesampainya di pantai.


Melasti konon merupakan upacara penyucian sarana persembahyangan Pura (tempat suci) ke laut atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam. Namun di luar itu, bagi saya melasti adalah acara wisata.

Terutama melasti terakhir. Acara malam memberikan sensasi tersendiri. Menunggu giliran estafet cukup lama menyebabkan kantuk yang teramat sangat. Beberapa rekan menghabiskannya dengan tertidur sejenak dengan posisi yang tidak ideal (duduk atau bersandar), mengobrol, bahkan ada yang bermain kartu. Beruntung kami masih "disupport" makanan yang disediakan banjar, atau menikmati hidangan di warung-warung sekitar yang "rela" buka sampai pagi melayani kami.

Saat tiba giliran kami bertugas (sekitar pukul 05:30) kami sudah siap menjalankannya dengan melupakan mimpi tidur kami sebelumnya, kenikmatan bermain kartu, nikmatnya kopi di warung, dan sebagainya. Prosesi giliran kami pun dilakukan. Kami berjalan melewati sawah-sawah dan merasakan nyamannya udara segar pagi hari di daerah yang dilalui.

Sampai di pantai rangkaian upacara melasti dilakukan hingga pretima dibawa ke tengah laut dengan tiga perahu nelayan. Orang-orang yang lumayan awam dalam hal upacara menunggu dengan setia hingga upacara selesai, sambil menyerbu warung-warung dan kamar kecil terdekat.

Sedangkan saya? Makan yang berlebihan menyebabkan perut terasa sakit. Berkeliling hingga keluar area untuk mendapatkan kamar kecil yang layak, gagal. Beberapa parit dengan air mengalir tersedia di pinggir jalan. Kalau sepi, sungguh ideal jika saya jongkok di situ. Namun apa daya... jalanan sangat ramai dengan orang!!

Nasib, sakit perut ditahan hingga semua prosesi upacara selesai. Sukurlah, pergulatan menantang ini bisa saya menangkan hingga tugas kami selesai dan tiba di rumah masing-masing pukul 10 pagi!!

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda