06 Januari 2012

Antara Barca, Milan, dan Ajax Amsterdam

Beberapa tahun belakangan ini saya terus mengamati permainan tim Barcelona FC, sambil menunggu hingga kapan level permainan mereka tetap berada di puncak. Saya masih percaya hukum alam, bahwa siklus bioritmik manusia atau apa pun di dunia ini (termasuk kesebelasan sepakbola!) akan mengalami fase puncak, penurunan, fase terendah, meningkat lagi hingga ke puncak, dan seterusnya.

Namun, hebatnya, sebagai sebuah kesebelasan Barca mampu mempertahankan konsistensi permainannya di level yang sangat luar biasa. Mereka sangat sulit untuk dihentikan, bahkan oleh klub besar sekelas Real Madrid yang begitu garang sekalipun. Terakhir adalah pada partai final Piala Dunia Antarklub di Jepang, juara Amerika Latin dari negeri terbesar sepakbola, FC Santos dari Brazil, menjadi bulan-bulanannya.

Menikmati permainan Barcelona benar-benar bagaikan bermimpi. Permainan mereka sangat “aneh”. Sangat sulit diterima nalar, mereka mampu menguasai penguasaan bola dan menerapkan operan-operan sesempurna sepanjang permainan. Bahkan melawan tim dengan level yang sama tinggi bukanlah suatu masalah bagi mereka. Sesulit apa pun, baik di daerah pertahanan, di sela-sela kaki lawan, di daerah kotak penalti lawan, operan-operan yang dilakukan hampir selalu tepat. Alhasil, tim lawan bagaikan sekumpulan orang bodoh yang menyaksikan bola mengalir ke segala arah melewati mereka.

Begitu banyak analisa yang ditulis pakar mengapa permainan Barca begitu menakjubkan, namun kali ini saya tidak bermaksud untuk menambahkan analisa lagi. Saya hanya ingin menengok kembali ke belakang, membandingkan tim ini dengan dua tim yang menurut saya memiliki kemampuan setara: AC Milan akhir 80-an/awal 90-an, dan Ajax Amsterdam 1994-1996.
Saya telah mengikuti perkembangan sepakbola sejak masa kanak kanak hingga kini, dan menyimpulkan (sendiri) tiga klub itulah yang menurut saya yang terbaik. Entahlah mungkin saja ada klub yang lebih bagus pada masa sebelumnya, namun saya tidak mengikutinya sehingga tidak bisa menyimpulkan.


AC Milan di akhir 80-an dan di awal 90-an merupakan kekuatan raksasa yang tidak tertandingi. Dengan trio maut Belanda (Ruud Gullit-Frank Rijkaard-Van Basten) dan bintang timnas Italia yang bertaburan di sana, klub ini hampir tidak bisa dikalahkan di kompetisi lokal maupun Eropa. Bahkan karena keperkasaannya, AC Milan bahkan dijuluki Dream Team, julukan yang tidak ada satu tim lain pun yang menyandangnya hingga sekarang. Saya begitu antusias dengan AC Milan pada masa itu, sampai-sampai saya mentasbihkannya sebagai klub kesayangan hingga saat ini.

Ajax Amsterdam sebenarnya bukan klub yang saya sukai. Namun penampilannya di pertengahan tahun 90-an, sekaligus juga mensuksesi “kepemimpinan” dari AC Milan, patut diacungi jempol dan membuat saya menasbihkannya sebagai salah satu tim terbaik. Inilah tim total football sejati. Permainan menyerang total dari semua pemain dengan hanya menyisakan satu orang yakni kapten Dany Blind di pertahanan. Luar biasa.. tim dengan komposisi mayoritas pemain muda seperti Marc Overmars, Edwin Van Der Sar, Frank dan Ronald de Boer, Edgar Davids, Jari Litmanen, Patrick Kluivert, dan lain-lain benar-benar sangat eksplosif dan mampu menghancurkan lawan-lawannya. Menonton Ajax saat itu sangat mengasyikkan. Sayang masa keperkasaannya sangat singkat, sekitar dua tahun. Setelah itu para pemainnya bertebaran ke klub papan atas Eropa dan tidak merupakan kesatuan lagi.

Terus, dari ketiga tim itu, manakah yang terbaik? Bagi saya gampang saja, tim dengan masa keperkasaan paling lama atau paling banyak mengoleksi gelar dalam periode kejayaanlah yang terbaik. tim manakah itu? Tentu saja Barcelona FC. Permainan mereka yang bagaikan berada di “dunia mimpi” telah menyihir siapa pun. Urutan berikutnya yang saya pilih adalah AC Milan akhir 80-an/awal 90-an, mengingat masa prestasi dan koleksi gelarnya di masa itu yang juga cukup banyak. Dan yang ketiga adalah Ajax Amsterdam 1994-1996, tim hebat berumur singkat.

Tapi tentu saja ini adalah penilaian pribadi, penilaian yang tentu saja akan diperdebatkan. Bahkan akan ditentang juga oleh mantan pemain sekaliber Franco Baresi, misalnya. Kapten AC Milan pada masa jaya itu, tetap menganggap AC Milan yang terbaik, bahkan berandai-andai menantang Barca saat ini bertanding ke masa lampau untuk menentukan yang terkuat. Hmmm…

Salam Olahraga.


Catatan: Artikel ini juga saya muat di Kompasiana 20 Desember 2011


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda